Detox Foot Patch

Detox Foot Patch
Dapat segera secara online atau di kedai Warisan2u.Com Enterprise. Harga promosi, hanya RM15.00/pack. Telefon : 012 - 820 0278 / 013 - 865 5684

Wednesday, April 09, 2008

Rukun Islam & Rukun Iman


Rukun Islam ada lima perkara iaitu:
Mengucap dua kalimah syahadat
Aku naik saksi bahawa tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah dan Nabi Muhammad itu adalah pesuruh-Nya

Dengan syahadat, kita mengabdikan diri dengan hati dan sanubari dan dengan pengakuan lidah bahawa Tuhan yang Maha Esa itu adalah Allah s.w.t dan Nabi Muhammad adalah pesuruh-Nya.

Solat Lima Waktu Sehari Semalam
Dengan sembahyang kita mengabdikan seluruh tubuh badan kita menyembah-Nya. Mulai dari lidah yang membaca, tangan bergerak, mata , telinga dan fikiran terpusat dengan susunan rukun sembahyang yang diajar oleh Nabi Muhammad s.a.w.
Mengeluarkan Zakat
Dengan zakat, kita mengabdikan kepada Allah dengan menyerahkan sebahagian daripada harta milik kita kepada mereka yang berhak menerimanya.
Berpuasa di Bulan Ramadan
Dengan berpuasa, kita mengabdikan hawa nafsu dan segala keinginan kita kepada Allah dengan menahan nafsu makan dan minum serta menjauhkan larangan-Nya. Ini secara langsung akan melahirkan rasa keinsafan serta meningkatkan ketaqwaan kepada Allah s.w.t.
Mengerjakan Haji Di Baitullah
Dengan mengerjakan haji, kita menyembah Allah dengan harta kekayaan milik kita dan mengunjungi ke Baitullah kepada mereka yang mempunyai kemampuan sekurang-kurangnya sekali dalam hidup.



Rukun Iman ada enam perkara iaitu:
Beriman Kepada Allah
Dengan Iman, kita membulatkan keyakinan dan menundukkan diri serta hati kita hanya kepada-Nya.Secara positifnya kita menuju Tauhid yang semurni-murninya dan secara negatif kita menolak segala bentuk pemujaan kepada selain Allah s.w.t.
Beriman Kepada Malaikat-Malaikat
Dengan Iman kita mempercayai bahawa adanya makhluk ghaib yang bernama Malaikat yang menjalankan tugasnya mengikut perintah Allah.Secara positif kita percaya kepada alam ghaib yang ditegaskan oleh Allah dan secara negatif kita menolak segala bentuk ghaib yang tidak dinyatakan Allah.
Beriman Kepada Rasul-Rasul
Dengan beriman kepada Rasul-Rasul, kita mempercayai adanya pesuruh-pesuruh Allah di muka bumi ini untuk dijadikan petunjuk dan teladan.
Beriman Kepada Kitab-Kitab
Dengan beriman kepada kitab-kitab suci, kita mempercayai adanya kitab-kitab Allah yang memimpin manusia, yang di akhiri oleh Kitab Al-Quran.
Beriman Kepada Hari Kiamat
Dengan Iman, kita mempercayai bahawa di sebalik kehidupan di dunia yang fana ini masih ada lagi kehidupan yang abadi dan berkekalan iaitu suatu tempat penentuan kedudukan manusia sama ada di syurga atau neraka.
Beriman Kepada Qada' dan Qadar
Dengan beriman kepada qada’ dan qadar, kita mempercayai bahawa di samping kita berusaha dan merancang akan kehidupan di dunia ini, Allah telah menentukan segala sesuatu itu dan terletak di dalam kekuasaan-Nya.

Kufahami Syahadatku - Kunci Pintu Syurga

“Asyhadu an-laa ilaha illalah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”

Kalimat diatas pasti familiar dan setiap muslim saya yakin hapal diluar kepala bacaan tersebut. Hal ini dikarenakan bacaan diatas yang disebut dengan syahadat merupakan rukun yang paling mendasar dari akidah Islam dan merupakan rukun islam yang pertama dari 5 rukun Islam. Ia sekaligus merupakan pusat dari seluruh ajaran Islam, dimana seluruh perkara aqidah dan syariat dalam Islam berdiri di atas dasar kalimat ini. Tak ada Islam tanpa kalimat ini.
Islam dibangun atas lima perkara, kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan Sholat, menunaikan zakat, melaksanakan haji, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.”( HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar)

Menurut Rasulullah, kalimat syahadat juga merupakan kunci pintu syurga dan perahu penyelamat yang akan menghindarkannya dari jilatan api neraka.

Tidaklah seorang hamba bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasulnya, melainkan Allah mengharamkan neraka baginya.” ( HR.Bukhari dan Muslim)

Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka kepada siapa saja yang mengucapkan laa Ilaaha Illalah ( tidak ada Tuhan Selain Allah), yang dengannya dia mencari keridlaan Allah.” ( HR.Bukhari dan Muslim)

Barang Siapa mati sementara dia mengetahui bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dia akan masuk syurga.” ( HR. Muslim)

Kesaksian Laa Ilaaha Illallah Muhammadar Rasulullah juga menjadi pembeda antara seorang muslim dengan kafir. Dengan kedua kalimat itulah, seorang yang sebelumnya kafir masuk ke dalam agama Islam serta mendapatkan segala perlakuan hukum sebagai seorang muslim, misalnya dalam masalah harta dan pemeliharaan kehormatan. Rasulullah bersabda :

Aku diperintahkan ( oleh Allah) untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah. Barangsiapa yang mengucapkan kalimat itu, berarti dia telah mendapatkan perlindungan dariku akan jiwa dan hartanya …” ( HR.Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Jelaslah kalimat syahadat mempunyai posisi yang sangat penting bagi seorang muslim. Seorang muslim adalah orang yang mengimani dua kalimat itu, dan dengan keimanan itu Allah menjamin akan berbahagia di dunia dan akhirat. Sebaliknya orang-orang yang kafir adalah orang yang ingkar terhadap dua kalimat ini dan mereka adalah orang-orang yang celaka, hidup merugi di dunia dan akhirat.

Namun demikian, kemuliaan yang dijanjikan oleh Allah tersebut tidaklah datang begitu saja. Diperlukan perjuangan dan amal shaleh. Kalimat syahadat tak cukup hanya diucapkan, melainkan harus betul-betul difahami maknanya, dikenali syarat-syarat dan diamalkan segala konsekuensi-konsekuensi yang ada padanya.

Dalam berbagai nash Al-Qur’an dan As-Sunnah, keimanan selalu dikaitkan dengan amal shaleh. Ini menunjukkan bahwa keimanan yang berpangkal pada kalimat syahadat, harus diikuti denganaamal shaleh sebagai konsekuensi yang dituntut oleh kalimat syahadat itu.
Misalnya firnan Allah swt :

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh mereka itu adalah sebagi-baik makhluk. “ (TQS. Al-Bayyinah : 7)

Selain itu, banyak dijumpai nash yang mengaitkan masuknya seorang hamba ke dalam syurga dengann amal shaleh yang dilakukannya, misalnya firman Allah swt :

Dan diserukan kepada mereka ( para penghuni syurga) ,’itulah syurga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (TQS.Al-A’raaf: 43)

Seorang tidak mengetahui apa yang disembunyikannya untuk mereka itu ( bermacam-macam ni’mat syurga) yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjaklan.” (TQS. As-Sajdah : 17)

Ini semua menunjukkan, bahwa kalimat Laa Illaha Illalah Muhammadar Rasulullah bukan sekedar untuk diucapkan dengan mulut, tapi harus disempurnakan dengan bergiat melakukan amal shaleh sebagai konsekuensi dari kalimat itu, agar benar-benar bisa menjadi kunci syurga.

Wahhab bin Munabbih, seorang sahabat Nabi Saw, pernah ditanya seseorang,” Bukankah Laa Illaha Illalah itu kunci syurga?” Wahhab bin Munabbih lalu menjawab,” Benar.tetapi sebuah kunci pasti mempunyai gerigi. Kalau engkau membawa kunci yang bergerigi engkau akan bisa membuka pintu, tapi kalu tidak bergerigi, engkau tak akan bisa membukanya.” Yang dimaksudnya dengan gerigi pada kunci, adalah syarat dan konsekuensi yang terkandung dalam kalimat Laa Illaha Illalah.

Suatu saat Imam Al-Hasan Al Bashri, seorang tabiin besar, mendengar orang-orang secara dangkal berkata,” Orang yang mengucapkan Laa Illaha Illalah pasti masuk syurga.” Al Hassan Al Bashri lalu menjelaskan “Yang benar, barang siap mengucapkan Laa Illaha Illalah lalu menunaikan hak dan kewajiban yang melekat pada kalimat itu, niscaya dia masuk syurga.”

Bila berbagai syarat dan konsekuensi itu terwujud, niscaya kalimat syahadat yang bersemayam dalam dada seorang muslim akan berdampak nyata dan positif dalam kehidupannya. Kalimat Laa Illaha Illalah Muhammadar Rasulullah akan benar-benar bermakna baginya, tidak sekedar menjadi kalimat yang terucap di mulut tanpa makna dan pengaruh apa-apa.


* * *
Ibn Khaldun Aljabari)
Litelatur : Al-Islam, Said Hawwa, Asy-Syamil

Sumber : http://www.percikaniman.org/detail_artikel.php?cPub=Hits&cID=298

Kupas Kandungan Kalimat Tauhid

Dalam sesi kali ini, aku ingin mengangkat tema mengupas kandungan kalimat tauhid. Yang dimaksud dengan kalimat tauhid adalah Laa Ilaaha Illallah.

Orang seringkali mengartikannya dg “tidak ada Tuhan selain ALLOH”. Namun jika disuruh menjelaskan siapakah Tuhan (ALLOH) tersebut maka dijawab sebagai Tuhan yg menciptakan langit, bumi dan seluruh alam semesta. Begitu saja, tidak ada makna yg lebih mendalam. Pemaknaan tsb di atas TIDAK SALAH, namun KURANG LENGKAP. Bahkan ada yg menyebutkan bahwa pemaknaan tsb TIDAK SESUAI dg kalimah syahadat.

Dari beberapa artikel yg aku baca, disebutkan bahwa pemaknaan yg disebut di atas hanya pemaknaan rububiyah ALLOH saja. Dalam arti ALLOH hanya ….. Jika memang demikian maknanya, maka orang2 Arab jahiliyah pasti akan lebih dulu mengucapkan kalimah tauhid tersebut, karena mereka JUGA YAKIN bahwa ALLOH lah satu2nya Dzat penguasa seluruh alam semesta, pencipta, pemelihara, pengatur, pemberi rizki, yg menghidupkan dan yg mematikan. Hal ini diperkuat dg ayat Qur’an, Luqman:25.

Akan tetapi, kenyataannya, mereka tetap dianggap kafir meski telah meyakini bahwa ALLOH adalah penguasa seluruh alam semesta, pencipta, pemelihara, pengatur, pemberi rizki, yg menghidupkan dan yg mematikan. Dengan demikian, kalimah syahadat dan kalimah tauhid tidak sebatas pengakuan bahwa ALLOH itu Esa dalam menciptakan, mengatur, dan menguasai alam semesta.

Lantas, timbul pertanyaan…makna yg benar seperti apa??

Kalimat Laa Ilaaha Illallah sebenarnya memuat NAFI (PENOLAKAN, PENGOSONGAN ATAU PENIADAAN) dan ITSBAT (PENETAPAN). Nah, apakah yg ditolak dan apakah yg ditetapkan itu??

NAFI = menolak segala bentuk sesembahan dari segala sesuatu selain dari ALLOH SWT. Ini tercermin dari kata Laa Ilaaha. Kemudian menetapkan sesembahan hanya kepada ALLOH dg ucapana ILLALLAH. Secara ringkas, Laa Ilaaha Illallah adalah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yg benar selain ALLOH SWT. Yg ditekankan di sini adalah MENJADIKAN ALLOH SWT SEBAGAI SATU2NYA SESEMBAHAN DALAM IBADAH. Sehingga berdoa, istighosah, bernadzar, menyembelih, sholat, dll hanya didasarkan kepada ALLOH SWT, bukan kepada yg lain.

Seorang ulama, Abu Wazir Abu Mudhaffar berkata bahwa syahadat yg demikian mengharuskan orang yg bersaksi itu mengetahui bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yg benar kecuali ALLOH SWT. Kita bisa lihat di surat Muhammad:19.

Faedah yg bisa disimpulkan adalah hendakanya kita tahu bahwa dalam kalimat tauhid ini ada perintah utk kufur terhadap thaghut (syetan) dan beriman kepada ALLOH SWT. Karena pada saat kita menolak sesembahan selain ALLOH SWT dan hanya menjadikan-Nya sebagai sesembahan, maka kita telah tergolong orang2 yg beriman kepada-Nya.


URL untuk TrackBack artikel ini: http://tausyiah275.blogsome.com/2005/11/06/kupas-kandungan-kalimat-tauhid/trackback/

Kunci Pintu Surga

Kunci Pintu Surga

Kiriman dari teman…oke juga nich, namun sedikit panjang, jadi musti sabar membacanya.. :)

KUNCI PINTU SURGA
Dan tiada ilah (yang benar) selain Dia

Pertama dan Terakhir

Ikrar bahwa tidak ada yang berhak untuk diibadahi selain Allah adalah kewajiban pertama setiap orang. Maknanya, sebelum mengikrarkan hal ini, apa pun yang dikerjakan oleh seseorang tidak ada nilainya di sisi Allah, meski ia bersedekah emas sebesar gunung Uhud. Ikrar inilah yang menjadi pembeda antara seorang muslim dengan seorang kafir.

Rasulullah saw. bersabda:
“Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan ‘Laa ilaaha illallaah’, maka siapa yang mengucapkan ‘Laa ilaaha illallaah’ terjagalah dariku harta dan jiwanya kecuali dengan haknya. Adapun hisabnya itu urusan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan ikrar itu pula kewajiban yang terakhir. Maknanya, saat seseorang dijemput maut, hatinya mesti dalam keadaan mengikrarkan hal ini. Jika demikian halnya ia akan mendapatkan kebahagiaan abadi, sedangkan jika sebaliknya yang didapatkannya adalah api yang menyala selama-lamanya.

Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa yang akhir ucapannya (sebelum mati) adalah ‘Laa ilaaha illallaah’ niscaya masuk surga.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Kunci Bergerigi

Ketika menjelaskan perihal hadits di atas, Imam Bukhari menyitir pernyataan Wahab bin Munabbih (34-110 H), seorang tabi’in, saat ditanya tentang ungkapan ‘Laa ilaaha illallaah’ adalah kunci surga. Wahab bin Munabbih tidak menampik pendapat itu. Beliau membenarkannya dengan memberikan catatan.

Katanya:
“Setiap kunci pastilah bergerigi khusus. Maka jika kamu membawa kunci dengan gerigi yang tepat, pintu pun terbuka untukmu, sedangkan jika gerigi kuncimu tidak tepat pintu pun tak akan terbuka.”

Berangkat dari pernyataan Wahab bin Munabbih inilah para ulama menjelaskan bahwa gerigi yang dimiliki oleh kunci surga ‘Laa ilaaha illallaah’ ada tujuh. Jika diri kita memilikinya dengan tepat, pintu surga terbuka untuk kita. Ketujuh gerigi itu adalah:

1. Ilmu

Seorang yang mengikrarkan ‘Laa ilaaha illallaah’ mestilah mengerti makna dan konsekuensi kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ yang diucapkannya. Tanpa diikuti pemahaman dan ilmu yang benar tentang makna dan konsekuensinya, ikrar seseorang takkan bermakna. Apalah makna ucapan seorang yang mabuk yang hanya memahami sebagian dari ucapannya? Atau ucapan orang tidur, bermimpi, dan ‘ngelindur’?

Allah berfirman:
“Ketahuilah bahwa tiada ilah (yang haq) selain Allah.” (QS. Muhammad: 19)

Rasulullah saw. juga bersabda:
“Barangsiapa mati sementara ia mengerti bahwa tidak ada ilah (yang haq) selain Allah, niscaya masuk surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Yakin

Setelah mengilmui dan mengetahui makna yang terkandung dalam kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ supaya ikrarnya diterima Allah, seseorang mestilah yakin akan hal itu. Keyakinan yang tidak disertai keraguan sedikitpun.

Al-Qurthubi menyatakan:
“Pelafalan dua kalimat syahadat saja tidaklah cukup (sebagai syarat masuk surga); harus ada keyakinan hati.”

Pernyataan beliau sesuai dengan firman Allah:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yan benar.” (QS. Al-Hujurat: 15)

3. Menerima

Karena keimanan seseorang tidak berhenti pada keyakinan, maka apa pun yang ditunjukkan dan menjadi konsekuensi kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ harus diterima. Menolak satu perkara saja sama dengan menolak keseluruhannya. Yang demikian itu karena apa-apa yang ditunjukkan dan menjadi konsekuensi kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ adalah satu kesatuan yang jika dipisah-pisahkan menjadi tidak berarti.

Jika perkara yang ditunjukkan dan menjadi konsekuensi kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ berupa kabar maka wujud penerimaan kita adalah meyakini kebenarannya; jika itu sudah terjadi kita yakin bahwa itu sudah terjadi, dan jika itu belum terjadi kita pun mesti yakin bahwa itu pasti terjadi. Adapun jika perkara yang ditunjukkan dan menjadi konsekuensi kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ berupa perintah atau larangan maka kita tidak boleh meyakini kebalikannya. Yang wajib adalah yang diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya; yang haram adalah yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya juga.

4. Patuh

Yang dimaksud patuh di sini adalah pangkal kepatuhan atau iradah (kehendak) hati. Maksudnya: saat menghadapi ayat-ayat perintah atau larangan, tidak boleh terdetik di hati kita keengganan atau kesombongan untuk melaksanakannya. Bukankah Iblis dilaknat dan dicap kafir karena enggan dan sombong?

“Maka demi Rabb-mu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga menjadikan kamu (Nabi Muhammad saw.) hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’: 65)

Yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa orang yang tidak melaksanakan perintah atau melanggar larangan belum tentu ia enggan dan sombong terhadap perintah atau larangan itu. Bisa jadi ia lalai, tidak sengaja, atau terpedaya oleh tipuan setan seperti halnya Adam yang mendekati pohon ‘terlarang’. Dan Adam tidak dilaknat dan tidak dicap kafir oleh Allah karena pelanggaran yang dilakukannya itu.

5. Sebenar-benarnya

Maksud sebenar-benarnya (shidiq) di sini adalah tidak menipu Allah (baca: menipu diri sendiri) dan tidak bermain-main dalam mengucapkan kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’. Ibnu Rajab Al-Hambali menyatakan bahwa orang yang mengucapkan ‘Laa ilaaha illallaah’ lalu ia mentaati setan dan hawa nafsunya dalam bermaksiat kepada Allah dan menyelisihinya, sama saja ia telah bermain-main dengan ucapannya. Perbuatannya mendustai ucapannya.

Allah berfirman:
“Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian’ padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 8-9)

6. Ikhlas

Ikhlas artinya memurnikan setiap perkataan dan perbuatan hanya karena Allah. Maknanya, apa pun perkataan dan perbuatan yang menjadi konsekuensi dari kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ mesti dihadirkan karena Allah, bukan selain-Nya. Yang demikian itu karena suatu perkataan atau perbuatan tidak akan diterima oleh Allah jika diikuti dengan riya’ atau sum’ah.

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah swt. berfirman:
“Barangsiapa mengerjakan suatu amalan hal mana ia menyekutukan-Ku dengan selain-Ku dalam amalan itu, niscaya aku tinggalkan ia dan sekutunya.” (HR. Muslim)

7. Cinta

Yang dimaksud cinta di sini adalah mencintai kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’, semua konsekuensinya, dan mencintai orang-orang yang komitmen kepadanya. Kemudian membenci dan memusuhi apa saja yang bertentangan dengan kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’. Begitu pun dengan orang-orang yang menentangnya.

Allah berfirman:
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)

Mengertikah Para Sahabat?

Kadang muncul pertanyaan, apakah para sahabat dulu juga mengerti bahwa gerigi kunci ini ada tujuh? Bagi yang mengerti bagaimana kodifikasi suatu ilmu itu hadir mestinya tidak kesulitan menjawab pertanyaan ini. Sebab, adanya para ulama menyatakan bahwa gerigi kunci ini ada tujuh adalah karena mereka mengkaji bagaimana kehidupan para sahabat; dan mereka mendapati bahwa meski para sahabat tidak tahu gerigi yang tujuh itu tetapi kehidupan mereka mencerminkan bahwa ketujuh gerigi itu sudah mendarah daging dengan mereka.

Wallahu a’lam.

URL untuk TrackBack artikel ini: http://tausyiah275.blogsome.com/2005/11/24/kunci-pintu-surga/trackback/